Segala Puji Atas rahmat Allah SWT yang telah memberikan kesempatan kepada saya sehingga makalah pertanian saya ini berhasil saya susun dan berhasil saya kumpulkan via blog. Melalui makalah blog saya ini, saya menjabarkan dan mengembangkan tulisan tentang Mningkatan Produksi Jagung Di Lahan Kering. Saya harap para pembaca mau dan berminat untuk membaca makala blog saya ini. Tak lupa saya mengucapkan terimakasih kepada Dosen saya Pak Riwan Kusniadi STP yang memberikan dan membimbing kami dalam penulisan.
Jika dalam penulisan makala ini terdapat beberapa kesalahan saya minta maaf dan saya mengharapkan saran demi perubahan dari para pembaca. Jika ada kata-kata yang menyinggung perasaan oknum tertentu, saya mohon maaf sebesar-besarnya. Akhir kata saya ucapkan terimakasih.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Jagung
merupakan salah satu tanaman serealia yang tumbuh hampir di seluruh
dunia dan tergolong spesies dengan variabilitas genetik yang
besar.Tanaman jagung dapat menghasilkan genotipe baru yang dapat
beradaptasi terhadap berbagai karakteristik lingkungan.Di Indonesia,
jagung merupakan bahan makanan pokok kedua setelah padi.Di samping itu,
jagung pun digunakan sebagai bahan makanan ternak (pakan) dan bahan baku
indutri.Penggunaan sebagai bahan pakan yang sebagian besar untuk ternak
ayam ras menunjukkan tendensi makin meningkat setiap tahun dengan laju
kenaikan lebih dari 20 %.Sebaliknya, penggunaan sebagai bahan pangan
menurun.
Dari
aspek produksi jagung sebenarnya swasembada jagung sudah
terpenuhi.Namun,karena kontinuitas kebutuhan tidak dapat dipenuhi maka
terpaksa dilakukan impor walaupun pada saat tertentu pun dilakukan
ekspor.Terjadinya ekspor dan impor pada tahun yang sama disbabkan antara
lain musim panen jagung tidak merata sepanjang tahun.Pada awal musim
panen terjadi surplus produksi sehingga jaung harus diekspor karena
belum tersedia fasilitas penyimpanan yang memadai.Sebaliknya,pada musim
paceklik terjadi kekurangan produksi sehingga untuk memenuhi kebutuhan
harus dipenuhi dari impor.Sejalan dengan telah digalakkannya Gema
Pelagung 2001 (Gerakan Mandiri Padi,Kedelai, dan Jagung tahun 2001) maka
sudah sewajarnya bila upaya peningkatan produksi jagung harus diusahakan dengan prioritas tinggi.
B.Tujuan Penulisan
a. Memberikan informasi kepada para pembaca
b. Memberikan kesempatan kepada para pembaca yang ingin belajar tentang
badaimana cara miningkatkan produksi jagung dilahan kering.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Upaya Peningkatan Produksi Jagung
Untuk
memenuhi kebutuhan jagung dalam negeri meningkatkan ekspor maka upaya
peningkatan produksi jagung harus dilakukan.Upaya ini akan lebih
berhasil jika ada kerja sama terpadu antara pemerintah dan
petani.Beberapa upaya yang dapat diterapkan untuk meningkatkan produksi
jagung diantara lain :
1. Memperluas Areal Panen
Perluasan
areal panen merupakan satu faktor potensial dalam mendukung peningkatan
produksi jagung .Berkaitan dengan perluasan areal panen ini dapat
dilakukan upaya ekstensifikasi,diversifikasi,rehabilitasi,peningkatan
intensitas tanaman, dan penambahan periode panen jagung.
a. Ekstensifikasi
Dalam
pengertian umum,ekstensifikasi merupakan upaya pengadaan sumber
pertumbuhan baru berupa perluasan/penambahan areal panen.Bilaa berhasil
menambah areal baru ratusan ribu hektar per tahun maka akan terjadi lonjakan produksi jagung secara nyata di tingkat nasional.
Perluasan penanaman jagung disarankan
dilakukan di daerah bukaan baru,antara lain htan tanaman industri
(HTI),daerah transmigrasi,lahan pasang surut,lahan lebak,dan lahan
marjinal lainnya (lahan tidur dan lahan belum produktif lain).Lahan
produktif di Indonesia masih sangat luas,tetapi
belum dikelola.Pada kondisi ini progran ekstensifikasi masih terbuka
lebar untuk dilaksanakan.
b. Diversifikasi
Dalam kaitannya dengan usaha penungkatan produksi,diversifikasi diartikan sebagai
kegiatan penganekaragaman komoditas pertanian yang dibudidayakan.Pada
program diversifikasi ini peningkatan produksi jagung diupayakan dengan
menjadikan jagung sebagai tanaman pokok dalam suatu kegiatan pola
tanam.Kegiatan tersbut dikenal dengan istilah diversifiksi
horizontal.Jenis diversifikasi lain adalah diversifikaso vertikal yang
merupakan kegiatan penganekaragaman prodouk industri yang menggunakan
bahan baku jagung .Jelaslah bahwa diversifikasi komoditas jagung dapay
meningkatkan produksi melalui penggantian tanaman lain ,tumpang
sari,sisipan, atau sebagai tanaman susulan.
c. Rehabilitasi
Salah
satu kegiatan rehabilitasi pada pembudidayaan jagung adalah perbaikan
potensi varietas unggul dengan pemurnian banih atau penggantian buah
hibrida yang sudah berkali-kali ditanam. Selain perbaikan varietas,
program rehabilitasi ini pun menyangkut perbaikan segala aspek
penanaman, termasuk masalah lahan. Rehabilitasi lahan di antaranya ialah
perbaikan kesuburan lahan masam dengan pemberian kapur dan perbaikan
drainase di lahan pasang surut.
d. Peningkatan Intensitas Penanaman (IP)
Intensitas
pertanaman (IP) diartikan sebagai banyaknya pertanaman dalam satu tahun
pola tanam disuatu daerah. Pola tanam padi-jagung-bera berarti
mempunyai IP 200. IP ini masih dapat ditingkatkan bila masa bera
ditanami. Upaya peningkatan intensitas pertanaman jagung ini ditujukan
untuk lahan yang masih mempunyai IP kurang dari 300 atau lahan yang
belum diusahakan (lahan tidur). Peningkatan IP jagug ini dapat dilakukan
dalam setahun, baik dengan pola tanam monokultur maupun tupang sari.
Cara ini merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan produksi jagug.
e. Penambahan periode panen jagung
Pertumbuhan
tanaman jagung, terutama awal fase pertumbuhan sampai pengisian
tongkol, sangat tergantung pada ketersediaan air. Untuk dapat
berproduksi tinggi, penanamannya biasanya hanya dilakukan pada waktu
tanam tertentu saja. Akibatnya, produksi jagung mengalami fluktuasi,
yaitu berlebihan pada musim panen dan kekurangan pada musim paceklik
sehingga kebituhannya harus dipenuhi dari impor. Salah satu upaya
mengurangi ketergantugan impor di musim paceklik adalah melakukan
penanaman off season (di luar musim tanam). Penamanam off season ini
dapat dilakukan pada bulan dan lahan penanaman tertentu.
2. Meningkatkan Produktivitas
Upaya
meningkatkan produktivitas jagung dapat dicapai dengan penanaman
varietas unggul. Upaya ini akan lebih berhasil bila disertai pengelolaan
lingkungan fisik dan hayati serta penerapan teknologi produksi yang
sesuai lingkungan tubuh. Penerapan teknologi ini harus secara efektif
dan efisien. Dengan peningkatan mutu intensifikasi maka diharapkan akan
berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas.
Produktivitas jagung di masing-masing sentra produksi beragam antara 2-4 ton/ha. Upaya peningkatan produktivitas dapat dilakukan bila suatu daerah kabupaten masih di bawah rata-rata produktivitas tingkat propinsi. Untuk itu, daerah kabupaten tersebut harus berupaya paling sedikit menyamai produktivitas tingkat propinsi tersebut. Dengan demikian, selisih produktivitas dapat menambah produksi jagung di tingkat kabupaten. Bila sejumlah kabupaten dalam satu produksi melakukan hal yang sama, kenaikan produksi di tingkat propinsi akan cukup banyak.
Peningkatan mutu intensifikasi dari usaha tani non-intensifikasi menjadi intensifikasi umum (Inmum), kemudian menjadi intensifikasi khusus (Insus), dan selanjutnya menjadi Supra Insus.
Berkaitan
dengan kondisi pertanaman jagung yang selalu berubah dan berkembang
pada setiap agroekosistem maka teknologi produksi harus selalu ditinjau
ulang. Teknologi produksi merupakan komponen program intensifikasi.
Peninjauan ulang ini harus dilakukan secara berkala dan selalu
disempurnakan agar selaras dengan perkembangan sehingga akhirnya
diperoleh teknologi produksi yang benar-benar spesifik agroekologi.
3. Menekan Senjang Hasil
Kesenjangan
hasil merupakan perbedaan antara hasil riil (nyata) yang dicapai petani
dengan potensi genetik dari suatu varietas yang ditanam. Di lapang,
kesenjangan antara hasil yang diperoleh petani dengan hasil yang mungkin
dapat dicapai lebih disebabkan oleh faktor biofisisk dan faktor sosial
ekonomi dalam proses alih teknologi. Proses alih teknologi pada tanaman
jagung berjalan tidak terlalu cepat dan tingkat adopsi teknologi masih
rendah. Sebagai misal, hasil di tingkat penelitian sudah mencapai 7-8
ton/ha, sedangkan di tingkat petani baru 3-4 ton/ha. Bila kesenjangan
hasil ini dapat ditekan melalui teknologi maka kenaikan hasil dapat
menyumbang cukup besar terhadap peningkatan produksi jagung nasional.
4. Mempertahankan Stabilitas Produksi
Stabilitas
hasil jagung pada suatu wilayah diartikan sebagai besarnya perubahan
hasil dari tahun ke tahun di wilayah tersebut dengan penerapan teknologi
produksi yang sama. Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas hasil
tersebut antara lain perkembangan hama penyakit dan cekaman lingkungan
(kekeringan, genangan, dan gulma).
Stabilitas
hasil ini dapat ditingkatkan bila petani dapat melakukan tertib waktu
tanam sesuai pola tanam setempat, menggunakan varietas unggul tahan hama
penyakit, menggunakan varietas umur genjah agar terhindar dari cekaman
kekeringan, serta meningkatkan pengendalian hama penyakit secara baik.
5. Menurunkan Kehilangan Hasil
Dari
data daerah penanaman di tiga propinsi, yaitu Sulawesi Utara, Jawa
Tengah, dan Jawa Timur, menunjukkan kehilangan hasil jagung yang dimulai
sejak masa panen sampai pascapanen dapat mencapai 8,5%. Bila dihitung
di tingkat nasional, kehilangan hasil tersebut enjadi sangat besar.
Menurunkan
persentase kehilangan hasil tersebut melalui penggunaan alat dan mesin
pertanian (alsintan) yang tepat dapat membentu meningkatkan total
produksi nasional.untuk itu, peningkatan jasa alsintan pascapanen di
masa mendatang menjadi salah satu faktor penting dalam menekan kerugian
petani. Peran kegiatan penyuluhan pun akan memberi nilai tersendiri
dalam suksesnya penggunaan jasa alsintan tersebut.
B. Penanaman di Lahan Kering
Sebagian
besar lahan penanaman jagung di Indonesia berupa lahan kering. Masalah
utama penanaman jagung di lahan kering adalah kebituhan air sepenuhnya
tergantung pada curah hujan. Masalah lainnya adalah bervariasinya
kesuburan lahan dan adaya erosi yang mengakibatkan penurunan kesuburan
lahan. Dengan kondisi seperti itu maka penanaman jagung di lahan kering
harus memerlukan penanganan lebih bijaksana yang meliputi hal-hal
berikut:
1. Varietas yang Sesuai
Jagung
yang ditanam di lahan kering dapat berupa varietas unggul bersari bebas
atau varietas unggul hibrida. Beberapa varietas bersari bebas yang
dapat dipilih antara lain Arjuna, Bisma, Lagaligo, Kalingga, Wiyasa,
Rama, dan Wisanggeni. Sementara untuk varietas hibrida disarankan
menggunakan varietas Semar-2, Semar-3, CP-1, CP-2, Bisi-1, Bisi-2,
Pioneer-3, Pioneer-4, dan Pioneer-5.
Berdasarkan
ketinggian tempat penanaman dapat dianjurkan penggunaan
varietas-varietas yang sesuai. Untuk dataran rendah dapat digunakan
jagung berumur dalam atau sedang yang dapat dipilih antara lain Harapan
Baru, Metro, Parikesit, Bogor, Composite-2, Arjuna, Bromo, Kalingga,
Wiyasa, Harapan, dan Hibrida. Untuk jagung berumur genjah dapat dipilih
antara lain Penjalinan, Genjah Kretek, dan Genjah Kertas. Ketiga
varietas jagung berumur genjah tersebut merupakan varietas lokal.
Sementara untuk dataran tinggi dapat dipilih berumur dalam seperti
Bastar Kuning, Bima Pandu, dan Harapan.
Dengan
daya tumbuh di atas 80% dan menggunakan varietas yag dianjurkan maka
jumlah benih yang dibutuhkan sebnayak 25-30 kg/ha. Sebelum penanaman,
sebaiknya benih jagung dicampur dengan Ridomil sebanyak 5 g /kg.
pemberian Ridomil ini bertujuan agar tanaman tidak terserang penyakit
bulai dan lalat bibit.
2. Pola Tanam
Anjuran
pola tanam jagung didasarkan pada kondisi iklim lokasi penanaman. Pola
tanam jagung dapat berupa sistem tanam tunggal, ganda, atau tumpang sari
dengan tanaman padi gogo, ubi kayu, kedelai, kacang tanah, atau tanaman
kacang-kacangan lainnya. Untuk lahan kering beriklim basah dianjurkan
menggunakan pola tanam tumpang sari dengan padi gogo genjah dan ubi
kayu-kacang tanah/kedelai-kacang hijau. Sementara untuk lahan kering
beriklim kering dapat diterpkan pola tanam jagung tumpang sari dengan
kacang tanah/kedelai-kacang hijau atau kacang tunggak-bera.
3. Penyiapan Lahan
Salah
satu kegiatan penyiapan lahan untuk tanaman jagung adalah pengolahan
tanah. Pengolahan tanah bertujuan untuk mengemburkan tanah, memperbaiki
drainase, dan mematikan bibit penyakit. Cara pengolahan tanah pada lahan
kering tergantung kondisi lahan. Secara umum, pengolahan tanah di lahan
kering dapat dilakukan secara sempurna, minimum (minimum tillage), dan
tanpa pengolahan (zero tillage).
a. Pengolahan secara sempurna
v Pengolahan dilakukan pada tanah yang berat
v Tanahnya tidak terlalu basah sehingga mudah digemburkan.
v Tanah dicangkul atau dibenamkan, serta tanah digaru sampai rata.
v Pengolahan tanah dilakukan paling lambat seminggu sebelum tanam.
b. Pengolahan secara minimum
v Pengolahan dilakukan pada tanah yang sangat peka pada erosi.
v Pengolahan
dilakukan hanya pada barisan persiapan tanam selebar 60 cm dan
kedalaman 15-20 cm dengan menggunakan cangkul sebanyak dua kali.
Selanjutnya dilakukan pendangiran pada saat tanaman berumur 25 hari.
v Lahan hanya dilakukan penugalan dan benih langsung ditanam.
v Pengolahan dilakukan seminggu atau kurang dari seminggu sebelum tanam.
c. Tanpa pengolahan tanah
v Pengolahan
dilakukan pada lahan yang bertekstur ringan dan lahan yang kekurangan
air atau saat musim kemarau dengan tujuan menghindari penguapan
berlebihan.
v Tanah hanya dicangkul untuk lubang tanam.
v Pada lahan perlu diberi mulsa untuk mengatasi erosi dan menekan gulma.
Tanah
bekas pertanaman yang terkontaminasi penyakit atau serangan hama perlu
dilakukan pembakaran sisa-sisa tanaman. Pengolahan tanah dilakukan
sampai beberapa kali. Setiap perlakuan pengolahan, tanah diberikan
beberapa hari untuk mematikan bibit penyakit.
Untuk
mencegah kekurangan air, lahan penanaman dapat diberi mulsa dari jerami
atau limbah tanaman lain. Sebaiknya, untuk mengantisipasi agar lahan
tergenang air, terutama saat musim hujan, perlu dibuat saluran air.
4. Penanaman
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penanaman jagung adalah waktu tanam, jarak dan populasi, serta cara penanaman.
1. Waktu tanam
Umumnya
usaha budi daya jagung di lahan kering maksimum hanya dilakukan dua
kali penanaman. Hal ini terutama berkaitan dengan kebutuhan air pada
awal pertumbuhan tanaman. Waktu tanam yang umum dilakukan adalah awal
musim hujan (labuhan) antara September-November dan awal musim kemarau
(marengan) antara Februari-April.
2. Jarak tanam dan populasi tanaman
Penerapan
jarak tanam tergantung varietas yang digunakan. Berikut jarak tanam dan
populasi tanmaan per hektar dari beberapa varietas jagung yang dapat
ditanam di lahan kering.
3. Cara penanaman
Penanaman
jagung dilakukan deangan cara penugalan. Kedalaman lubang tanam
tergantung kelembapan tanah. Kedalaman lubang tanam pada tanah lembap
dalam sedalam 2,5 cm, sedangkan pada tanah cukup kering dapat sedalam 5
cm.
Jumlah
benih untuk setiap ranam dapat sebanyak 2-3 biji untuk varietas
nonhibrida, sedangkan varietas hibrida dapat sebanyak 1 biji (kecuali
benih hibrida varietas CPI-1, Pioneer, dan IPB-4 dapat sebanyak 2
biji/lubang tanam).
5. Pemupukan
Pada
upaya peningkatan produksi jagung, pemupukan merupakan hal penting dan
harus diperhatikan. Adapun hal-hal yang perlu mendapat perhatian adalah
jenis, dosis, waktu, dan cara pemupukan.
1. Jenis dan dosis pemupukan
Jenis
pupuk yang diberikan pada jagung adalah pupuk organik dan pupuk
organik. Pupuk organik berupa pupuk kandang yang diberikan pada lahan
kurang subur. Dosisnya sekitar 15-20 ton/ha.
Pupuk
anorganik yang digunakan untuk jagung berupa urea, SP-36, dan KCl.
Dosis pupuk untuk jagung hibrida sedikit berbeda dengan jagung
nonhibrida. Untuk jagung hibrida, per hektarnya dibutuhkan urea 300 kg,
SP-36 100 kg, dan KCl 50 kg. sementara untuk jagung nonhibrida, per
hektarnya dibutuhkan urea 250 kg, SP-36 75-100 kg, dan KCl 50 kg.
Bila
lahan sudah mengandung cukup unsur P karena penggunaan pupuk P (SP-36
atau TSP) yang terus-menerus, sebaiknya penggunaan pupuk tersebut tidak
perlu dilakukan atau cukup dengan dosis 50 kg TSP/ha. Demikian pula bila
lahan sudah mengandung cukup unsur K maka pemberian pupuk KCl dapat
dikurangi atau ditiadakan.
2. Waktu dan jumlah pemupukan
Pupuk
kandang diberian seluruhnya saat pengolahan tanah, sedangkan pupuk
anorganik diberikan sebagai pupuk dasar atau pupuk susulan. Pupuk N
diberikan dua kali, yaitu saat tanam dan 4 minggu setelah tanam. Untuk
tanah-tanah bertekstur ringan dan dengan curah hujan tinggi, pupuk N
diberikan sebanyak tiga kali.
3. Cara pemupukan
Pemberian
pupuk kandang dilakukan dengan cara disebar dan diratakan bersamaan
dengan pengolahan tanah. Sementara pemberian pupuk dasar berupa urea,
TSP, dan KCl dilakukan dengan cara ditugal sedalam 10 cm sekitar 7 cm di
kiri dan kanan tanaman. Untuk urea dan TSP diberikan dalam satu lubang,
sedangkan KCL pada lubang tersendiri. Setelah dimasukkan pupuk,
selanjutnya lubang ditutup kembali dengan tanah. Sementara pemberian
pupuk susulan dilakukan dengan cara ditugal sedalam 10 cm sekitar 15 cm
dari tanaman.
6. Penyulaman dan Penjarangan
Penyulaman
dilakukan jika ada benih yang rusak atau tidak tumbuh. Kegiatan ini
dilakuan sekitar 7-10 hari setelah tanam. Kegiatan penyulaman dilakukan
agar jumlah tanman per satuan luas akan tetap optimum sehingga target
produksi akan tetap tercapai.
Penjarangan
dapat dilakukan 2-3 minggu setelah penanaman. Caranya dengan memotong
batang tanaman menggunakan gunting atau pisau tajam. Tanaman yang
disisakan berupa tanaman yang pertumbuhannya sehat, kokoh, dan vigor.
Walaupun dilakukan penjarangan, jumlah tanaman yang harus disisakan
tetap sesuai dengan rencana jumlah tanaman optimal setiap hektarnya.
7. Penyiangan
Penyiangan
merupakan upaya pengendalian atau pengurangan gulma yang tumbuh di
areal penanaman. Kehadiran gulma perlu diberantas karena cdapat
menurunkan kualitas dan kualitas hasil produksi. Gulma berperan di areal
penanaman jagung dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu:
1. Gulma rumput seperti rumput belulang (Eleusin indica), jajagoan (Echinochloa colonum), kekawatan (Cynodon dactilon), alang-alang (Imperata cylindrica), lempuyangan (Panicum sp).
2. Gulma teki-tekian seperti teki (Cyperus rotundus), jeking kunyit (Cyperus iria), eki gehad (Cyperus compressus), serta
3. Gulma berdaun lebar seperti putri malu (Mimosa invisa), babdotan (Ageratum conyoides), tolod (Alternanthera sessilis).
Tergantung perkembangannya, penyiangan gulma dapat dilakukan 2-3 kali. Penyiangan 1 sebaiknya dilakukan sebelum pemupukan susulan II dan bersamaan dengan pembubunan. Penyiangan II dapat dilakukan sebulan setelah penyiangan I dan penyiangan III dapat dilakukan jika dianggap perlu, yaitu jika pertumbuhan gulma terlihat subur atau lebat.
Penyiangan
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu manual dan kimia. Penyiangan
secara manual dilakukan dengan tangan, cangkul, atau alat lain,
sedangkan secara kimia dilakukan dengan menggunakan herbisida.
8. Pembumbunan
Pembumbunan
bertujuan untuk menutup akar yang terbuka dan membuat pertumbuhan
tanaman menjadi tegak atau kokoh. Pembumbunan dilakuan dengan cara
menaikkan atau menimbunkan tanah pada pokok tanaman. Kegiatan ini
dilakukan bersamaan dengan penyiangan pertama.
9. Pengairan
Jagung
banyak membutuhkan air pada saat pertumbuhan vegetatif hingga periode
pengisian biji. Kebutuhan air tersebut semakin berkurang hingga periode
pemasakan tongkol.
Pada penanaman jagung di musim hujan, kebutuhan air dapat dipenuhi dari air hujan. Namun, areal penanaman diupayakan agar jangan sampai tergenang air karena dapat membusukkan akar. Selain itu, bila kelebihan air, periode generatif tanaman akan terganggu. Untuk itu, saluran air harus difungsikan dengan baik.
Sebaiknya pada penanaman di musim kemarau, tanaman dapat diairi minimum empat kali setiap hari. Jumlah air yang diberikan untuk setiap pemberian sebanyak 60 mm tinggi air. Jumlah air ini dapat mempertahankan tanah menjadi cukup jenuh selama pertumbuhan tanaman.
BAB III
KESIMPULAN
KESIMPULAN
Dari makalah yang
DAFTAR PUSTAKA
Suprapto, Marzuki Rasyid, Bertanam Jagung (Jakarta: Penebar Swadaya, 2002).
Adisarwanto, T. dan Yushira Erna Widyastuti, Meningkatkan Produksi Jagung (Jakarta: Penebar Swadaya, 2000).
Anonimaus, Bercocok Tanaman Jagung (Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 1992).source
Comments
Post a Comment