Ayam kampung, seperti dimaklumi bersama, biasanya hanya bertelur seadanya. Akan tetapi, di Cimanggis ada peternak yang bisa “membujuknya” hingga mau bertelur laksana ayam negeri. Langkah apa yang ia lakukan ?
Menurut para pakar unggas, kemampuan bertelur seekor ayam kampung alias ayam buras (bukan ras) yang diternak seadanya (tradisional) paling tinggi 40 butir setahun. Akan tetapi, jika dipelihara secara intensif, kata ahli lagi, produksinya bisa mencapai 123 butir. Namun Maryoto seorang yang nyambi beternak ayam kampung (buras) dengan memanfaatkan sisa tanah di belakang rumahnya di perumahan Pruoek Pembangunan di Cimanggis, Kab. Bogor, memiliki pengalaman lain. Ia bisa mengupayakan agar ayam buras itu lebih rajin bertelur mirip produksi telur ayam negeri yang mencapai 300 / butir / tahun.
Bagaimana Caranya ?
Mula-mula kata Maryoto, ia menyiapkan kandang berukuran 200 cm, tinggi 100 cm, dan lebar 40 cm. Untuk bahan ia menggunakan kaso sebagai kerangka dan bambu untuk dinding. Kemudian, bagian dalam kandang ia sekat-sekat seukuran tubuh ayam seperti halnya kandang ayam petelur. Maksudnya, kata Maryoto, agar ayam di dalamnya tidak leluasa bergerak. Dengan demikian energinya tidak banyak terbuang dan alhasil ayam lebih rajin bertelur.
Setelah kandang selesai dibuat, Maryoto membeli 8 ekor ayam betina yang hampir bertelur (usia 5 – 6 bulan) dari pasar. Setelah divaksin, ayam yang hampir mendekati masa bertelur itu dimasukan ke dalam kandang. Kemudian tanpa adaptasi, ayam kampung yang semula makan aneka ransum itu diberi ransum ayam negeri petelur sebanyak 0,5 kg/hari yang dibagi dalam dua kali pemberian.
Hasilnya setelah seminggu makan ransum buatan pabrik itu, 5 ekor di antaranya mulai bertelur, seminggu kemudian, yang 3 ekor menyusul bertelur. Mereka bertelur berturut-turut 3 hari, lalu hari keempat kosong. Demikian seterusnya, setelah menghasilkan telur 30 butir/ekor, mereka menunjukkan gejala mau mengeram. Akan tetapi, itu tidak berlaku umum, karena menurut Maryoto, ada juga ayamnya yang sudah menghasilkan 70 butir telur baru memperlihatkan gejala mengeram.
Agar tidak mengeram, kata Maryoto, ia memandikan ayam itu setiap pagi selama 4 hari dengan cara mencelupkannya ke dalam ember berisi air. Setelah basah kuyup, ayam dilepas di pekarangan dan sore dikandangkan kembali. Biasanya, selang seminggu ayam akan bertelur lagi seperti sediakala. “Pokoknya, selama ia masih mau makan ransum, yang diberikan, pasti masih akan bertelur. “Setelah 6 bulan memproduksi telur, ayam kampung yang disulap jadi ayam petelur ini dijual kembali ke pasar.”
Comments
Post a Comment